THE IDEAL WAY FOR LEARNING

Belajar? buku? pena? kata-kata itu memang tak asing lagi bagi kita tapi apakah kalian tahu cara yang tepat yang harus anda gunakan untuk belajar yang efeektif bagi anda? Cara belajar itu dibagi menjadi 3 bagian seperti:

1.Belajar menggunakan cara listening

Mata cenderung meLirik kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Bagi anda/anak anda yang bertipe Auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), Berikut Ciri-ciri orang yang bergaya belajar Audio.

  1. Penampilan rapi.
  2. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri.
  3. Mudah terganggu oleh keributan.
  4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.
  5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
  6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.
  7. Biasanya ia pembicara yang fasih.
  8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
  9. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual.
  10. Berbicara dalam irama yang terpola.
  11. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.

Tips dan Metode untuk mempermudah cara belajar orang Audio:

  1. Doronglah Diri anda/anak anda untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
  2. Ajaklah anda/anak anda untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
  3. Gunakan musik untuk belajar/mengajarkan anak anda/anda.
  4. Diskusikan ide dengan orang lain/anak anda secara verbal.
  5. Rekamlah materi pelajarannya ke dalam kaset dan doronglah diri anda/anak anda untuk mendengarkannya sebelum tidur.

2.Belajar menggunakan cara kinestetik

Mata cenderung melirik kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anda/Anak anda yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Berikut Ciri-Ciri Orang yang bergaya belajar Kinestetik :

  1. Penampilan rapi.
  2. Berbicara perlahan.
  3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan.
  4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek.
  5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
  6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.
  7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.
  8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.
  9. Menyukai permainan yang menyibukkan.
  10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu.
  11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

 Tips dan Metode untuk Mempermudah proses belajar orang Kinestetik :

  1.  Jangan paksakan diri anda/anak anda untuk belajar sampai berjam-jam.
  2. Ajaklah diri anda/anak anda untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajaklah membaca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
  3. Izinkan diri anda/anak anda untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
  4. Gunakan warna terang untuk mengingat hal-hal penting dalam bacaan.
  5. Izinkan diri anda/anak anda untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anda/anak anda. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anda/anak anda dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.

3.Belajar menggunakan cara visual

Gaya Belajar Visual (Dengan Cara Melihat)
Mata Cenderung Melirik Ke Atas, Berbicara Dengan Cepat. Bagi anda/anak anda yang bergaya belajar Visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan. Berikut Ciri-Ciri Orang yang bergaya belajar Visual :

  1. Mementingkan penampilan dalam berpakaian / prestasi.
  2. Berbicara agak cepat.
  3. Tidak mudah terganggu oleh kesibukan.
  4. Mengingat yang dilihat, daripada yang didengar.
  5. Lebih suka membaca daripada yang dibacakan.
  6. Pembaca cepat dan tekun.
  7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata.
  8. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato.
  9. lebih suka musik daripada seni.
  10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksiverbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan untuk mengulanginya.

Tips dan Metode untuk Mempermudah proses belajar orang Visual :

  1. Gunakan warna untuk menandai hal-hal yang penting.
  2. Gunakan materi visual seperti gambar, diagram, dan peta.
  3. Seringlah membaca buku-buku berilustrasi.
  4. Gunakan Multimedia seperti komputer dan radio.
  5. Cobalah untuk mengilustrasikan ide-ide ke dalam gambar.

kalau saya cocoknya sih menggunakan cara visual kalau kamu?

EDUCATION SYSTEM IN INDONESIA

Education in Indonesia falls under the responsibility of the Ministry of Education and Culture (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan or Kemdikbud) and the Ministry of Religious Affairs (Kementerian Agama or Kemenag). In Indonesia, all citizens must undertake nine years of compulsory education which consists of six years at elementary level and three in secondary level. Islamic schools are under the responsibility of the Ministry of Religious Affairs.

Education is defined as a planned effort to establish a study environment and educational process so that the student may actively develop his/her own potential in religious and spiritual level, consciousness, personality, intelligence, behaviour and creativity to him/herself, other citizens and the nation. The Constitution also notes that there are two types of education in Indonesia: formal and non-formal. Formal education is further divided into three levels: primary, secondary and tertiary education.

Schools in Indonesia are run either by the government (negeri) or private sectors (swasta). Some private schools refer to themselves as “national plus schools” which means that their curriculum to exceeds requirements set by the Ministry of Education, especially with the use of English as medium of instruction or having an international-based curriculum instead of the national one. In Indonesia there are approximately 170,000 primary schools, 40,000 junior-secondary schools and 26,000 high schools. 84 percent of these schools are under the Ministry of National Education (MoNE) and the remaining 16 percent under the Ministry of Religious Affairs (MoRA). Private schools only comprise 7% of the total schools number.

Early kingdoms

Education system in the era of Hindu-Buddhist civilisation is called karsyanKarsyan is a place of hermitage. This method was highly religious, aimed to draw oneself closer to God.

Era of Islamic states

The emergence of Islamic state in Indonesia is noted by the acculturation of both Islamic tradition and Hindu-Buddhist tradition. At this time period, pondok pesantren, a type of Islamic boarding school was introduced and several of them were established. The location of pesantren is mostly faraway from the hustling crowd of the city, resembling the location of Karsyan.

Colonial era

Elementary education was introduced by the Dutch in Indonesia during the colonial era. The Dutch education system are Query strings of educational branches that were based on social status of the colony’s population, with the best available institution reserved for the European population. In 1870, with the growth of Dutch Ethical Policy formulated by Conrad Theodor van Deventer, some of these Dutch-founded schools opened the doors for pribumi (lit. native Indonesians). They were called Sekolah Rakjat (lit. folk school), the embryo of what is called Sekolah Dasar (lit. elementary school) today. In 1871 the Dutch parliament adopted a new education law that sought to uniform the highly scattered and diversified indigenous educational systems across the archipelago, and expand the number of teacher training schools under supervision of the colonial administration. The budget for public schooling was raised in steps from ca. 300,000 guilders in 1864, to roughly 3 million guilders by the early 1890s. Most often however the education development were starved of funding, because many Dutch politicians feared expanding education would eventually lead to anti-colonial sentiment. Funding for education only count for 6% of the total expenditure of the colonial budget in 1920s. The number government and private primary schools for native had increased to 3,108 and the libraries to 3000 by 1930. However spending sharply declined after the economic depression in 1930.

Technische Hogeschool te Bandoeng, opened as a branch of Delft University of Technology.

The Dutch introduced a system of formal education for the local population of Indonesia, although this was restricted to certain privileged children. The Schools for the European were modeled after the education system in Netherlands itself and required the proficiency in Dutch language. Dutch language was also needed for higher education enrollment. The elite Native/Chinese population who lack Dutch language skills could enroll in either Dutch Native or Chinese Schools. The schools were arranged in the following levels.

Early education

Pre-School education in Indonesia is covered under PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini, lit. Early Age Education) that covers Taman Bermain (playgroup) and Taman Kanak-Kanak (kindergarten, abbreviated as TK). PAUD is under direct supervision and coverage of Directorate of Early Age Education Development (Direktorat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini). From the age of 2, parents send their children to attend Taman Bermain. From the age of 4, they attend Taman Kanak-Kanak. Most TK arrange the classes into two grades, grade A and grade B, which are informally called kelas nol kecil (little zero grade) and kelas nol besar (big zero grade) respectively. While this level of education is not compulsory for Indonesian citizens, it is aimed to prepare them for primary schooling. Of the 49,000 kindergartens in Indonesia, 99.35% are privately operated schools. The kindergarten years are usually divided into “Class A” and “Class B” students spending a year in each class.

Public primary and secondary education

Indonesians are required to attend twelve years of school. They must go to school six (or five, depending on the institution) days a week from 6:30 a.m. until afternoon (usually 2 or 3 p.m.). They can choose between state-run, nonsectarian public schools supervised by the Department of National Education (Depdiknas) or private or semi-private religious (usually Islamic) schools supervised and financed by the Department of Religious Affairs. Students can also choose to participate in extracurricular activities provided by the school such as sports, arts, or religious studies. However, although 86.1 percent of the Indonesian population is registered as Muslim, according to the 2000 census only 15 percent of school-age individuals attended religious schools. Overall enrolment figures are slightly higher for girls than boys and much higher in Java than the rest of Indonesia.

A central goal of the national education system is not merely to impart secular wisdom about the world but also to instruct children in the principles of participation in the modern nation-state, its bureaucracies, and its moral and ideological foundations. Beginning under Guided Democracy (1959–65) and strengthened in the New Order after 1975, a key feature of the national curriculum—as was the case for other national institutions—has been instruction in the Pancasila. Children age six and older learned by rote its five principles—belief in one God, humanitarianism, national unity, democracy, and social justice—and were instructed daily to apply the meanings of this key national symbol to their lives. But with the end of the New Order in 1998 and the beginning of the campaign to decentralise the national government, provincial and district-level administrators obtained increasing autonomy in determining the content of schooling, and Pancasila began to play a diminishing role in the curriculum.

A style of pedagogy prevails inside public-school classrooms that emphasises rote learning and deference to the authority of the teacher. Although the youngest children are sometimes allowed to use their local language, by the third year of primary school nearly all instruction is conducted in Indonesian. Teachers customarily do not ask questions of individual students; rather, a standard teaching technique is to narrate a historical event or to describe a mathematical problem, pausing at key junctures to allow the students to call out responses that “fill in the blanks”. By not identifying individual problems of students and retaining an emotionally distanced demeanor, teachers are said to show themselves to be patient, which is considered admirable behaviour.

Children aged 6–11 attend primary school, called Sekolah Dasar (SD). Most elementary schools are government-operated public schools, accounting for nearly 93% of all elementary schools in Indonesia. Students spend six years in primary school, though some schools offer an accelerated learning program in which students who perform well can complete the level in five years.

Three years of junior high school (Sekolah Menengah Pertama, or SMP), which follows elementary school. Some schools also offer an accelerated learning program in which students who perform well can complete the level in two years.

After completion of them, they may be attend three years of high school (Sekolah Menengah Atas or SMA). Some high schools offer an accelerated learning program so students who perform well can complete their level within two years. Besides high school, students can choose among 47 programmes of vocational and pre-professional high school(Sekolah Menengah Kejuruan or SMK), divided in the following fields: technology and engineering, health, arts, craft and tourism, information and communication technologies, agro-business and agro-technology, business management. Each requires three years of study. There are academic and vocational junior high schools that lead to senior-level diplomas. There are also “domestic science” junior high schools for girls. At the senior high school level, three-year agricultural, veterinary, and forestry schools are open to students who have graduated from an academic junior high school. Special schools at the junior and senior levels teach hotel management, legal clerking, plastic arts, and music.

Students with disabilities/special needs may alternately opt to be enrolled in a separate school from the mainstream called Sekolah Luar Biasa (lit. Extraordinary School).

The completion rate for Indonesian primary schools is high. Indeed, 100 percent of the relevant age-group had completed primary education as of 2003. However, it must be noted that numerous problem plague this statement, considering the widespread corruption in Indonesia extends to schools too. (For example, a headmaster/mistress may pay the inspectors supervising a test to ignore any cheating attempts by the students or even give out blatant advice on how to complete a certain question, etc. etc.) The gross enrolment rate for primary schools was 100 percent, but it decreased to 62 percent for secondary schools and 16 percent for post-secondary schools. There were nearly equal numbers of girls and boys in primary and secondary schools; in the late 2000s, the ratio was 96.7 girls to 100 boys. Depdiknas reported that in school year 2007–8 there were 63,444 kindergartens, with a total enrolment of 2.8 million pupils and 176,061 teachers. Later statistics are available for primary and secondary levels for school year 2008–9. They indicate that there were 144,228 primary schools, with a total enrolment of 26.9 million students and 1.5 million teachers; 28,777 junior secondary schools, with a total enrolment of 8.9 million students and 629,036 teachers; 10,762 general senior secondary schools, with a total enrolment of 3.8 million students and 314,389 teachers; and 7,592 vocational senior secondary schools, with a total enrolment of 3 million students and 246,018 teachers. Additionally, there were 1,686 special education schools from kindergarten to senior secondary levels, with a total enrolment of 73,322 and 18,047 teachers.

Teacher-training programs are varied and gradually being upgraded. For example, in the 1950s anyone completing a teacher-training program at the junior high school level could obtain a teacher’s certificate. Since the 1970s, however, primary-school teachers have been required to have graduated from a senior high school for teachers, and teachers of higher grades have been required to have completed a university-level education course. Remuneration for primary- and secondary-school teachers, although low, compares favourably with that in other Asian countries such as Malaysia, India, and Thailand. Student–teacher ratios also compare satisfactorily with those in many Asian nations: They were 23.4 to 1 and 18.8 to 1, respectively, for primary and secondary schools in 2004; that same year, the overall averages for Asia-Pacific countries were 22 to 1 and 18 to 1, respectively.

By 2008, the staff shortage in Indonesia’s schools was no longer as acute as in the 1980s, but serious difficulties remain, particularly in the areas of teacher salaries, teacher certification, and finding qualified personnel. In many remote areas of the Outer Islands, in particular, there is a severe shortage of qualified teachers, and some villages have school buildings but no teachers, books, or supplies. Providing textbooks and other school equipment to Indonesia’s 37 million schoolchildren throughout the far-flung archipelago continues to be a significant problem as well, especially in more remote areas.

maybe thats all that  i know about indonesian education system.

MY IMPRESSIONIN SMAN SUMSEL

Nowaday i want to tell you about my impression in SMAN SumSel. Do you know how excited i am in this school? yaa that so excited. you will not get this change twice cause only the one that choosen by school that can enter this best school. here are the activity that i always do in my beloved dorm.

  • Religius

for the religious in this school is so good. for the example islam, everyday we should take a pray in the hall or masque, we  usually pray in the hall at maghrib time until isya’ prayer.we like to read alquran and pray together

  • familiness

in my school we devided become a some house which is dolphin, dove, eagle, hornbill, lion, komodo, manta ray, rhino and shark. and now on i am the member of shark, i am going to tell you what is the function of this house.so this housing is make my school don’t have any seniority cause they think they are families

  • study night

so study night  culture in SMAN Sumatra Selatan it begin on 20.15 untill 21.30.at that time we study about the lesson that we will discuss tomorrow for make us easier to undestand about that topic.

 

that is a bit a culture in SMANSS. I think it is the most wonderfull school.

cara pintas membuat daftar isi

  • Cara Otomatis
  1. Langkah yang pertama, tentu saja pastikan jika dokumen Microsoft Word anda telah aktif atau terbuka.
  2. Kemudian, silahkan buat  judul “DAFTAR ISI” pada halaman atas. Jika tulisan sudah dibuat, silahkan buka tab Home pada menu bar selanjutnya pada opstions Heading, silahkan pilih “Heading1”.
  3. Selanjutnya, kita beralih pada menu “References” pada menu bar, kemudian pilih “Table Contents” yang terletak dibagian pojok paling kiri, kemudian silahkan pilih Tabel Content mana yang ingin anda terapkan, untuk dapat menerapkan tabel konten secara otomatis, maka terlebih dahulu anda harus memiliki dokumen yang kemudian bisa diberikan table content daftar isi secara otomatis. Namun apabila, anda ingin membuat daftar isi dari awal, silahkan pilih “Manual Table”. Dengan begitu, table akan muncul dan anda bisa mengedit secara manual disesuaikan dengan kebutuhan anda.
  • Cara Manual Dengan Menggunakan Tab 
  1. Silahkan klik pada horizontal ruler, kemudian lanjutkan dnegan mengaktifkan dua tab (tabulasi) pada ruler sesuai dengan kebutuhan, misalkan klik pada ukuran 14 dan 15, klik satu kali saja pada ruler di ukuran tersebut.
  2. Kemudian pada halaman kosong klik kanan dan pilih menu “Paragraph”. Selanjutnya pada tombol yang terdapat dibagian bawah dengan nama “Tabs..” silahkan klik tombol tersebut.
  3. Selanjutnya, pada kolom Tab stop Position, silahkan masukan pada angka berapa tab position ingin berhenti, misalkan jika anda menginginkan titik-titik atau tab posisition tersebut berhenti pada ruler 14, maka pada kolom Tabs stop Position silahkan masukan angka 14. Kemudian atur pula bagian Alignment dan pada kolom Leader, silahkan pilih angka dua dengan titi-titik dibelakangnya. Kemudian klik tombol OK.
  4. Kemudian silahkan tulis daftar isi yang anda inginkan, misalkan “Perumusan Masalah”, setelah itu berikan satu spasi kemudian tekan tab pada keyboard. Dan terakhir berikan nomor halaman sesuai keinginan.
  5. Arahkan kursor tepat sebelum nomor yang telah tertulis, selanjutnya berikan spasi. Dan dengan begitu maka titik-titik akan muncul secara otomatis.

Cara Menjaga Keshatan tubuh

Kompas.com – Memang betul olahraga harus dilakukan rutin minimal 30 menit setiap hari untuk menjaga tubuh tetap sehat. Tetapi olahraga setiap hari bukan patokan baku karena sah-sah saja berolahraga dua atau tiga kali dalam seminggu.

Studi terbaru menyebutkan, frekuensi olahraga bersifat fleksibel tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam studi yang dimuat dalam jurnal Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, disebutkan, tidak penting seberapa sering Anda berolahraga asalkan dalam seminggu tercapai total waktu 150 menit.

Para peneliti menganalisa sampel dari 2.324 orang dewasa Kanada yang aktif berolahraga. Para responden ini berpartisipasi dalam Canadian Health Measures Survey. Mereka rata-rata berolahraga minimal 150 menit perminggu, baik olahraga intensitas sedang sampai berat.

Sebagian orang membagi total waktu itu dalam lima sampai tujuh kali sesi olahraga, sementara ada juga yang melakukan olahraga satu kali sampai empat kali dalam seminggu.

Kedua kelompok responden itu memiliki risiko sindrom metabolik, obesitas, tekanan darah tinggi, Kolesterol tinggi, dan juga kadar gula darah tinggi.

Tetapi ternyata orang yang berolahraga dengan total waktu 150 menit perminggu adalah yang paling sehat. Hal ini karena total waktu, jenis, dan intensitas kegiatan lebih berpengaruh bagi tubuh ketimbang frekuensi olahraga.

Lantas, apakah lebih baik berolahraga satu kali dengan durasi 2,5 jam lalu di hari lain tak perlu olahraga? Ternyata tidak juga.

Menurut ketua peneliti, Ian Janssen dari School of Kinesiology and Health Study dari Queens University, Kanada, sebenarnya boleh saja berolahraga cukup dua atau tiga kali dalam seminggu, tetapi olahraga rutin dalam durasi singkat pun tak ada salahnya.

Lagi pula, olahraga dengan durasi terlalu panjang tapi hanya satu atau dua kali seminggu belum tentu bisa membantu kita mencapai target kebugaran, misalnya untuk menurunkan berat badan atau ingin mengikuti perlombaan lari. Untuk tujuan tersebut latihan harus dilakukan secara rutin dalam durasi lebih pendek.

berikut adalah salah satu trik dalam berolahraga:

  1.  Persiapan Sebelum Olahraga 

    Pilih kegiatan olahraga yang nyaman. Apakah yoga, berlari, bersepeda, atau olahraga lain, melakukan sesuatu yang disenangi akan membantu kita tetap mengikuti program. Jangan membiarkannya menjadi suatu kebiasaan. Mengganti kegiatan bila dibutuhkan untuk tetap bermotivasi.

  2. Waktu Dalam Latihan

    Latihan olahraga hendaknya dilakukan pada udara terbuka dan bebas polusi, atau bila tidak, lakukanlah di ruang tertutup yang temperatur ruangannya dapat diatur.

    Lakukanlah setiap sore hari minimal 30 menit. Menurut penyelidikan di Framingham USA, di Inggris, Belgia, National University of Singapore dan di Jepang bahwa serangan jantung frekuensinya banyak terjadi antara pukul 06.00–12.00 siang.

    Beberapa faktor yag menjadi penyebab di antaranya adalah adanya circardian hormone adrenalin yang banyak bersirkulasi dalam tubuh pada pagi mulai pukul 04.00–09.00. Juga aktivitas fibrinolitic yaitu zat pengencer darah dari tubuh sendiri pada pagi hari aktivitasnya menurun sehingga darah relatif akan lebih kental pada pagi hari.

    Menurut laporan terakhir Dr. Peter Kokkinos dari Veterans Affairs Medical Center dan dimuat di majalah kedokteran Circulation, Januari 22 2008, pada 15.660 orang pria veteran yang menderita atau tidak menderita penyakit cardiovaskuler, setelah melakukan tes treadmill, diperoleh hasil bahwa latihan fitness dapat mengurangi angka risiko kematian (mortalitas) sampai 70%.

    sebagaimana kita ketahui  olah raga dapat mengurangi resiko terkena serangan   jantung, stroke, diabetes, kegemukan, hipertensi, penurunan memori, kanker kolon, patah tulang, dan depresi pada pria dapat dilakukan dengan berolahraga.

 

  1. Sebaiknya sebelum melakukan olahraga dilakukan pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan dosis yang aman dan jenis olahraga yang cocok dengan tes pembebanan terutama bila terdapat keluhan seperti sering pusing, sesak nafas, nyeri dada. Berpenyakit seperti jantung koroner, asma, kencing manis, hipertensi, dll. Berusia diatas 30 tahun.
  2. Sebaiknya gunakan pakaian dan sepatu olahraga yang sesuai dan nyaman.
  3. Jangan lakukan olahraga setelah makan kenyang, sebaiknya tunggu hingga kurang lebih 2 jam.
  4. Minum minuman yang sejuk dan sedikit manis (manis jambu).
  5. Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut.
  6. Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera. Misalnya: di halaman rumah, tempat kerja, dan lapangan.
  7. Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganti jenisnya supaya tidak monoton dan membosankan.
  8. Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu.

3.Pada Saat Melakukan Olahraga 

  1. Perlu diingat, jangan berolahraga sampai lelah dan kembalilah ke aktifitas secara bertahap. Biasanya, mulai dengan senam aerobik low-impact beberapa kali seminggu. Olahraga aerobik jenis high-impact seperti tennis misalnya, sebaiknya dilakukan secara bertahap.
  2. Apabila sulit berolahraga di luar rumah, pertimbangkanlah senam melalui video-video yang banyak dijual.
  3. Intensitas latihan, untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70-85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan:

DNM = 220 – Umur 
Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu 60 – 70 % DNM.

Sebagai contoh: Seseorang dengan usia 40 tahun akan mempunyai DNM = 220 – 40 = 180. Untuk membakar lemak orang tersebut harus berolahraga dengan denyut nadi mencapai: 60% x 180 = 108 s/d 70% x 180 = 126.

  • Waktu. Mulai semampunya, ditambah secara perlahan-lahan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh  (endurance) perlu waktu antara 1/2-1 jam, untuk membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).

4.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Berolahraga 

  1. Jangan langsung makan kenyang setelah berolahraga, makanlah makanan lunak atau cairan seperti bubur kacang hijau. Sebaiknya kita menunggu satu jam sebelum makan besar. Gizi yang tepat juga penting. Dengan badan lebih bergerak, kita mungkin membutuhkan lebih banyak kalori agar menghindari kehilangan berat badan.
  2. Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung mandi. Minum cairan secukupnya sangat penting saat kita berolahraga. Air tambahan dapat membantu mengganti cairan yang hilang. Ingatlah bahwa meminum teh, kopi, kola, coklat atau alkohol justru dapat menghilangkan cairan tubuh.

Gantilah pakaian olahraga yang digunakan bila terlalu basah.
5.Hal-hal yang Tidak Dianjurkan dalam Berolahraga 

  • Bila sedang demam atau sakit.
  • Untuk olahraga jalan bila terdapat varises pada kaki dan nyeri pada sendi terutama pada lutut.
  • Penyakit-penyakit:
  • Tekanan darah tinggi tidak terkontrol.
  • Kencing manis tidak terkontrol.
  • Kelainan katup jantung.
  • Kita dapat menjadi dehidrasi (hilang terlalu banyak cairan) bila kita tidak minum cukup untuk menahan tingkat cairan tubuh.
  • Kita dapat hilang massa tubuh tidak berlemak (lean body mass) bila kita terlalu banyak olahraga. Kasus parah dapat mengarah pada wasting.
  • Kita dapat melukai diri bila kita memakai bentuk olahraga yang salah.

Mengingkat program olahraga menjadi jadwal sedikitnya 20 menit paling tidak tiga kali seminggu. Jadwal ini dapat mengarahkan pada perbaikan yang bermakna dalam kesehatan jasmani dan kita kemungkinan akan merasa lebih baik.

6. Alasan Enggan Berolahraga  

Bila Anda tidak terbiasa berolahraga, memulainya mungkin menjadi sesuatu yang berat. Namun, begitu Anda tidak lagi mencari-cari alasan untuk menunda berolahraga, Anda pasti akan merasakan manfaat olahraga.

Berikut, 7 alasan orang menghindari olahraga dan tips mengatasinya:

  1. Terlalu tua. Bukan alasan, toh Anda bisa mencari tempat atau klub kebugaran yang membuka kelas sesuai usia Anda.
  2. Terlalu gemuk. Tak perlu canggung atau malu. Umumnya, orang memang merasa malu untuk memulai berolahraga, padahal orang lain justru menghargai Anda sebagai individu yang berkomitmen dalam menjaga kesehatan tubuh. Lagipula, kalau Anda sudah kelebihan berat badan, sebetulnya justru harus rajin berolahraga. Aktivitas fisik sekecil apa pun pasti akan membantu menurunkan berat badan.
  3. Terlalu lemah. Justru aktivitas fisik yang teratur akan memberikan Anda tambahan kekuatan dan energi.
  4. Terlalu lelah. Kegiatan fisik yang teratur sebenarnya akan memberikan Anda tambahan tenaga. Dengan melatih otot, jantung, paru-paru dan pembuluh darah, maka Anda akan mendapat tambahan tenaga untuk mengatasi stres dan beban pekerjaan yang Anda hadapi sehari-hari.
  5. Sering sakit. Anda tidak disarankan berolahraga bila kondisi tubuh tidak sehat. Namun, begitu Anda merasa sehat, mulailah berolahraga karena akan membantu Anda mempertahankan kondisi tubuh. Mulailah perlahan-lahan dan lakukan secara konsisten.
  6. Tidak ada waktu. Tak perlu waktu berjam-jam untuk merasakan manfaat olahraga. Yang penting teratur dan porsinya cukup, seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari. Perubahan-perubahan kecil pada kegiatan rutin Anda, seperti menggunakan tangga daripada lift atau memarkir kendaraan agak jauh dari kantor atau supermarket, juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan Anda, sama seperti manfaat yang didapatkan dari olahraga.

7.    Tidak bersemangat.

Olahraga terbukti mampu meningkatkan dan mempertahankan suasana hati. Nah, bila Anda berhasil menyingkirkan penghalang yang menghambat Anda untuk memulai olahraga, Anda pun akan merasa lebih optimis dan bahagia. Cara terbaik untuk mengembalikan tubuh ke bentuk semula tentunya dengan berolahraga. Bukan saja membantu mengembalikan kelenturan otot dan menghilangkan timbunan lemak, tetapi juga sangat baik untuk mengatasi stres. Berkonsultasilah dengan dokter kapan sebaiknya mulai berolahraga.